Merawat Kuliner Lokal Nusantara di Ngeteh Bareng Belanga Indonesia
Merawat Kuliner Lokal Nusantara di Ngeteh Bareng Belanga Indonesia

Meneruskan tongkat estafet untuk terus menaikkan pamor gastronomi Indonesia di mata dunia.

Khasanah kuliner Indonesia memang selalu menarik untuk diulik. Kekayaan sejarah, kebiasaan bersantap, hingga keberadaan suatu bahan yang penyebarannya tidak merata, turut menambah keunikan kuliner Nusantara. Wisata gastronomi pun menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi baik untuk wisatawan luar maupun domestik.

Jika dicermati, selama beberapa tahun ke belakang pemerintah (pusat maupun lokal) dan praktisi kuliner memang terlihat gencar dan bahu membahu dalam meningkatkan kancah kuliner Indonesia di mata dunia. Ini terlihat dari berbagai seminar, ajang diskusi, hingga festival-festival makanan kelas dunia yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah.

Meneruskan tongkat estafet untuk terus menaikkan pamor gastronomi Indonesia di mata dunia, menjadi fokus utama acara yang dibawa oleh Belanga Indonesia, media kuliner yang berpedoman untuk merawat ragam rasa kuliner lokal dalam acara “Ngeteh Bareng Belanga Indonesia” beberapa waktu silam.

Keberadaan restoran Blanco par Mandif yang Mandif dirikan di tahun 2015 lalu, berawal dari kegelisahannya akan ketiadaan chef muda yang secara serius mendalami kekayaan bahan pangan Nusantara “Membangkitkan kebanggaan para juru masak muda akan bahan-bahan lokal masih menjadi tantangan tersendiri, mengingat tawaran gaji hingga potensi yang bisa mereka raih di luar negeri masih sangat menggoda,” ujar pria yang memiliki gelar pendidikan kuliner dari sekolah kuliner Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tersebut.

Ia pun lantas memantapkan diri untuk membuat restoran yang secara khusus menampilkan bahan-bahan lokal terbaik yang dimasak dengan teknik tinggi oleh para pemasak muda. “Jika hal ini tidak ditindak sedari dini, tidak hanya ketiadaan regenarasi pemasak asli Indonesia saja yang perlahan-lahan hilang, tetapi juga semakin memudarnya potensi bahan-bahan asli tersebut,” tandasnya. Mandiff juga turut memperkenalkan kepada kami Tan Ali , head chef yang belum genap 25 tahun dan bertindak sebagai komandan di balik semua menu yang dihadirkan hari itu.

Kehadiran Smoked Quail Egg Croquette sejenak menghentikan pembicaraan kami. Telur puyuh yang direbus tepat selama 60 detik dan dibungkus dengan adonan kentang khas kroket ini, memiliki aroma asap yang samar-samar hadir berkat aroma pembakaran dari sabut kelapa. Hidangan pembuka yang seketika menggelitik indra rasa dan aroma!

Karedok, hidangan khas Sunda juga seolah ingin unjuk gigi. Cincangan kacang panjang, tomat bulat, dan tauge yang disendokan ke atas keripik bayam yang digoreng hingga kering, bumbu kacang dengan aroma khas kencur yang biasanya melumuri keseluruhan sayuran, diolah menjadi taburan kering tanpa meninggalkan ciri khas alami dari hidangan khas tanah parahyangan tersebut. Berturut turut, Potato Mille Feuille dengan tambahan Cakalang Fufu dan tulang sardine serta Smoked Duck Cornet, ikut menemani santap siang hari itu

Tidaklah lengkap agenda santap tanpa ditemani sajian penutup. Mandif yang berdarah Manado ini turut menghadirkan Sambiki, labu parang bercita rasa legit yang lalu dimasak menjadi hidangan bolu kukus ditemani dengan Sable dan Coconut Gelle yang menyumbang rasa gurih nan kaya. Selain itu hadir juga beberapa menu penutup selain Lapis Legit Persegi Panjang, Kue Ku Red Bean , Lepet Jagung, dan Valrhona Bolu Kukus.

Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito sebagai salah satu pembicara, sesekali menimpali sesi bincang-bincang sore hari itu. “Sudah sepatutnya kita dapat meneruskan dan melanjutkan setiap manfaat, dalam hal ini bahan-bahan Indonesia ke khalayak yang lebih ramai. Tidak terbatas dengan hilangnya kemampuan penglihatan saya, berkontribusi untuk negara sudah sepatutnya hal yang tidak perlu dipertanyakan,” ujar Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada tersebut.

Senada dengan pernyataan Murdijati, Ade Putri Paramadita salah satu udangan yang juga aktif sebagai story teller makanan Indonesia ini ikut menambahkan “Makanan Indonesia sudah sepatutnya menjadi tuan rumah di negara sendiri. Walaupun perjalanan ini membutuhkan waktu panjang, tetapi saya yakin kita sudah berada di jalur dan strategi yang tepat,” ujarnya optimis.

Ayu Nainggolan

Pemuja rasa dan penikmat cerita

Ikuti Instagram