Kuliner Indonesia Yang Harus Terus Kita Lestarikan
Kuliner Indonesia Yang Harus Terus Kita Lestarikan

Kuliner Indonesia

Di artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai perkembangan kuliner Indonesia, bagaimana kompleksnya ketika membuatnya, hingga menemukannya.

Kuliner Indonesia memang memiliki banyak sekali ragamnya. Sampai-sampai nggak akan abis untuk dibahas. Di zaman yang udah modern seperti sekarang ini, berbagai inovasi di dunia kuliner udah banyak banget.

Lantas bagaimana dengan perkembangan kuliner khas Indonesia? Apakah ikut berinovasi? Atau malah tergerus dengan kemajuan zaman? Untuk mencari tau jawabannya, saya berkesempatan untuk mengobrol panjang mengenai kuliner Indonesia bersama Ade Putri, seorang Food Storyteller dan juga PR ACMI (Aku Cinta Makanan Indonesia).

Melestarikan kuliner Indonesia

Pelestarian kuliner Indonesia dari segi dokumentasi justru sedang naik. Tapi sayangnya penjual dan yang masaknya memang menurun.

“Karena anak muda sekarang ini memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap masakan Indonesia. Tapi cuma sebagian aja yang menyajikannya dalam bentuk aslinya. Karena rata-rata (masakan Indonesia) udah dibuat modern supaya menarik, juga mereka memiliki referensi tampilan makanannya yang modern juga,” ujar Ade Putri membuka percakapan kita.

Wanita yang juga gemar bersepeda ini memberikan contoh dengan tampilan makanan yang modern misalnya ada yang menambahkan edible flower padahal nggak seharusnya. “(Melihat fenomena ini) antara bagus dan sedih sih.”

Melestarikan kuliner Indonesia juga dilakukan oleh negara. Melalui kementerian udah mulai serius melestarikan kuliner Indonesia. Meski sekarang ini masih sebatas soto, tapi ke depannya bisa aja semua kuliner di Indonesia juga masuk ke dalam pelestariannya. Di satu sisi kita udah mulai melakukan sesuatu yang benar.

Makanan Indonesia juga mulai dikembangkan kembali oleh chef-chef muda. Apalagi kalo sedang pop-up, mereka membuat kuliner Indonesia dengan gaya yang modern. Meski hal ini bagus, ada juga yang perlu disayangkan. Karena beberapa dari mereka ada yang belum pernah mencoba masakan aslinya.

“Jadi mereka baca, mereka tau bahan-bahannya, dan acuan rasanya ke mana. Lalu mereka buat dengan rasa yang serupa,” Ujar Ade. Ia pun mencontohkan ketika dirinya diundang oleh sebuah restoran beberapa waktu lalu, kemudian disajikan gohu tuna. Tapi rasanya berbeda dari yang aslinya.

“Gohu tuna itu dimatangkan dengan acidity, terus saya dikasih ikan tuna segar dengan (jeruk) kalamansi. Padahal kan kalamansi itu acidity -nya dikit. Lalu kalamansinya disiram di atasnya, meskipun menggunakan bumbu-bumbu (di atasnya) yang sama, tapi rasanya beda,” jelasnya. “Begitu masuk ke mulut ikan tunanya terasa manis seperti dikasih jeruk Kalimantan.”

Kompleksnya mengolah kuliner Indonesia

Selain beragam, kuliner khas Indonesia itu kebanyakan dalam pengolahannya menggunakan bumbu yang kompleks juga pembuatannya yang cukup panjang. Tapi sayangnya kita nggak punya pendokumentasian yang benar, jadi pembuatannya itu beda-beda.

“Tapi ada satu keluarga yang membuat rendang hanya dengan tiga bumbu saja; bawang merah, cabai, dan lengkuas. Karena mereka menganggap rendang itu adalah proses ‘merendang,’ jadi nggak salah juga kalo mereka cuma pakai tiga bumbu aja.”

Saking banyaknya jenis makanan Indonesia, ditambah banyak juga versi pembuatannya, nampaknya susah untuk dibuat patokan resepnya. Beda wilayah, beda juga resepnya. Ade Putri juga memberikan penjelasan dengan rendang.

“Misalnya adalah rendang Jawa yang asalnya dari orang-orang Padang yang merantau ke Jawa membawa resep rendang. Tapi pada saat proses memasaknya ada beberapa langkah yang dilewati.” “Biasanya di Padang rendang dimasak dengan tungku yang besar karena masaknya pun untuk orang banyak. Nah begitu merantau kan masaknya nggak untuk banyak orang, jadinya ada proses yang dilewati, tungkunya pun nggak pakai tungku yang besar karena ketika merantau nggak masak untuk orang banyak juga,” jelasnya.

Dikatakan juga ketika “ 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia ” diperkenalkan, disebutkan daerahnya biar nggak rancu tentang resepnya. Seperti misalnya Rendang Padang, Sate Lilit Bali, Rawon Surabaya, Sate Ayam Madura, dan lain sebagainya. Sehingga nggak ada lagi yang bingung karena resep yang mereka punya berbeda.

Menemukan restoran yang menyajikan kuliner Indonesia

Ada beberapa restoran di Jakarta yang menawarkan menu kuliner Indonesia. Tapi dengan tampilan yang modern. Sebut saja Namaaz, NUSA , dan Kaum yang menawarkan menu-menu makanan Indonesia.

“Restoran tersebut memiliki pasar konsumennya sendiri . Sedangkan untuk menarik kaum milenial, dibuat kuliner lokal tapi bukan tradisional. Seperti misalnya pempek isi keju, dimakannya pake cuko. Menurut mereka itu nggak aneh they love it , tapi menurut saya sih aneh.”

Dengan begini banyak juga anak muda Indonesia yang mulai mau mencoba kuliner asli Indonesia.

Makanan Indonesia yang masih jarang ditemui

Masih banyak makanan-makanan Indonesia yang belum kita tau. Seperti misalnya makanan-makanan di Indonesia Timur yang masih belum banyak diketahui oleh orang-orang.

“Misalnya juga kuliner dari Aceh itu banyak yang enak, tapi yang kita kenal malah ayam tangkap sama mie Aceh aja. Padahal di Aceh itu banyak banget makanan enaknya. Contohnya aja di sana punya banyak jenis rujak. Seperti rujak pliek u, kalo kita biasanya makan rujak itu pakai gula jawa, rujak pliek u itu pakai kelapa parut yang udah didiamkan selama dua sampai tiga hari hingga berfermentasi, baru disangrai. Kemudian ditaburi di atas salak atau jambu. Rasanya? Bukan cuma gurih, tapi juga wangi dari hasil fermentasinya tersebut,” paparnya.

Nah, dengan banyaknya kuliner Indonesia yang udah tersebar, banyak juga yang udah mulai melestarikannya, nggak ada salahnya buat kita orang Indonesia untuk ikut aktif dalam melestarikan kuliner khas Indonesia.

Ada kuliner asli dari daerahmu yang masih belum banyak orang tau? Mari bagikan melalui media sosial Endeus.tv, ditunggu ya!

Lion Haloho