Kisah 10 Kuliner Ikonis yang Akan Hadir di Festival Jajanan Bango 2019
Kisah 10 Kuliner Ikonis yang Akan Hadir di Festival Jajanan Bango 2019

Perjalanan dalam Melestarikan Kuliner Asli Indonesia (part. 1)

Meneruskan usaha bisnis kuliner mungkin bisa sedikit menakutkan bagi generasi penerus. Bayangan akan wajah-wajah pelanggan yang mungkin sudah terbiasa akan racikan tangan pendahulu hingga sisi idealisme untuk menggapai cita-cita, bisa menjadikan seorang penerus mendadak ‘jiper’.

Padahal, para penjaja kuliner Nusantara ini tidak hanya bertindak sebagai regenerasi pelestarian kuliner Indonesia, tetapi juga sebagai penjaga keautentikan kuliner Indonesia yang sejati.

Dalam acara Festival Jajanan Bango 2019, PT Unilever Indonesia Tbk. membawa tema khusus, yakni “Kelezatan Asli, Lintas Generasi”, yang turut diperkaya oleh kehadiran 10 kuliner ikonis yang sarat inspirasi ini. Ini dia beberapa kisahnya seperti yang terangkum dalam kanal resmi FJB, www.bango.co.id

1/ Bubur Ayam Bunut Sukabumi

Mulai dirintis sejak tahun 1970-an di Sukabumi, Bubur Ayam Bunut adalah kuliner legendaris yang menjadi ikon kuliner bumi Priangan. Perjuangan Bapak Alm H. To’i yang memulai usahanya dengan berjualan di gerobak, kini kian sukses di tangan penerusnya. RS Bunut (kini RSUD Syamsudin SH) menjadi saksi awal mula bisnis Bubur Ayam Bunut berkembang hingga memiliki empat cabang usaha yang tersebar di beberapa titik di Kota Sukabumi.

Pada tahun 1995, Bapak H. Firmansyah putra dari Bapak Alm H. To’i meneruskan usaha kuliner bubur ayam yang dipelopori oleh orang tuanya, dikarenakan sang ayah berpulang saat sedang menjalankan ibadah haji ke tanah suci. Pada tahun 2005, usaha ini diwariskan kepada generasi ke-3 Robby Fahamsyah . Sejak itu hingga sekarang, tangan dingin beliau telah berhasil mewujudkan Bubur Ayam Bunut yang dikenal sekarang.

Meski latar pendidikan yang beliau miliki bertolak belakang dengan pengelolaan sebuah warung makan, akan tetapi lulusan sarjana teknik alumni STT Telkom ini justru merasa tertantang. Bermodal rasa tanggung jawab kepada keluarga tercinta, beliau tidak segan merintis dengan segala pengetahuan yang dimiliki akan industri kuliner. Kesungguhan untuk selalu menjaga eksistensi serta terus memperbaiki kualitas menjadi kunci sukses dalam proses kemajuan Warung Makan Bubur Ayam Bunut.

2/ Kupat Tahu Gempol Bandung

Bermodalkan resep warisan leluhur yang berasal dari wilayah Mangunreja, asikmalaya. Ibu Hj Hajar Hasanah pada tahun 1965 mulai merintis usaha kuliner tradisional Kupat Tahu yang berlokasi di Jalan Gempol, Bandung Selatan. Kemudian pada tahun 1975 usaha Kupat Tahu Gempol diwariskan kepada pasangan Bapak H. Achdan dan Ibu Hj. Yayah , selaku adik iparnya.

Rahasia kelezatan Kupat Tahu Gempol hadir dari perpaduan saus kacang, tauge segar dan renyahnya kerupuk, disantap bersama lembutnya ketupat dan tahu. Racikan asli terus dipertahankan sehingga Kupat Tahu Gempol berhasil memikat penggemar kuliner khas Jawa Barat ini.

Jerih payah Ibu Hj. Yayah serta keluarga dalam usaha peningkatan kualitas dan konsistensi kelezatan rasa hidangan membuahkan hasil. Pada tahun 2015, Kupat Tahu Gempol mendapatkan kehormatan menjadi salah satu undangan pada ajang World Food Congress 2015 di Singapura.

Kini, Nuraini sebagai generasi ke-3 penerus usaha kuliner Kupat Tahu Gempol dipercaya untuk menjaga #KelezatanAsli yang telah diwariskan keluarga. Dengan dedikasi tinggi yang berorientasi kepada kepuasan para pelanggan, membuka peluang bagi Kupat Tahu Gempol untuk bisa terus bertahan di tengah kompetisi industri kuliner yang semakin bersaing.

3/ Mie Koclok Mas Edi Cirebon

Cirebon si Kota Udang adalah istilah yang melekat di benak kebanyakan penduduk Indonesia. Namun bukan hanya rebon yang menjadi incaran pecinta kuliner saat mampir ke kota ini. Ada juga sederet hidangan kuliner khas dengan kelezatan yang istimewa seperti Mie Koclok Mas Edi.

Sebagai sosok perintis, sang Kakek mengawali usaha kuliner jauh di era kemerdekaan. Warung Mie Koclok yang sudah berdiri sejak tahun 1945, masih setia menjadi salah satu ikon kuliner Cirebon. Hidangan mie unik dengan kuah kental, lengkap dengan variasi isian mulai dari telur hingga irisan daging ayam.

Ciri khas kuah kental Mie Koclok berasal dari campuran kaldu ayam kampung, santan kelapa murni, serta tepung maizena. Resep ini adalah racikan dari mendiang Kakek dari Mas Edi yang diwariskan kepada keluarga untuk memuaskan lidah para penggemar.

Menjaga kualitas bahan baku dan teknik memasak yang baik adalah kunci kesuksesan kuliner legendaris lintas generasi ini, dan hal tersebut berhasil dilakukan oleh Kedai Mie Koclok Mas Edi hingga sekarang. Mas Edi yang merupakan generasi ke-3 dari bisnis kuliner ini, mampu secara konsisten menjaga keaslian dan #KelezatanAsli hidangan dari resep warisan. Hal tersebut telah menjadi pegangan yang beliau persiapkan bagi generasi penerusnya. Usia yang tak lagi muda, dan faktor kesehatan menjadi alasan beliau yang perlahan mulai menyerahkan usaha ini untuk dikelola sang penerus. Sebelum tutup usia, beliau ingin Mie Koclok tetap lestari dan melegenda.

Di Jalan Lawanggada yang merupakan pusat kuliner kota Cirebon, warung Mie Koclok Mas Edi dapat ditemui. Di tempat itu pula sejarah awal Mie Koclok Mas Edi dimulai.

Ayu Nainggolan

Pemuja rasa dan penikmat cerita

Ikuti Instagram