Ini Dia Kuliner Yang Paling Dikangenin Sama Perantau
Ini Dia Kuliner Yang Paling Dikangenin Sama Perantau

Merantau pasti banyak banget yang dikangenin selain keluarga dan suasana di kampung halaman. Termasuk juga dengan kulinernya yang susah untuk dilupain

Iduladha udah di depan mata. Hari di mana umat muslim merayakan qurban. Yang namanya Hari Raya emang paling enak dirayakan bersama dengan keluarga. Berbagi kebahagiaan, bertukar cerita, hingga mengolah daging kambing atau sapi bersama-sama.

Tapi hal ini nggak bisa dirasakan oleh teman-teman yang sedang merantau jauh dari kampung halaman. Karena hari libur yang nggak sebanyak Lebaran dan di tahun ini juga jatuh di akhir pekan, kayaknya emang nggak mungkin untuk pulang kampung.

Yang namanya perantau, pasti banyak hal yang dirindukan pada kampung halaman. Salah satunya adalah kuliner. Karena selain keluarga, makanan lah yang paling banyak dirindukan ketika kita pergi meninggalkan kampung halaman.

Lalu apa aja sih makanan yang sangat dirindukan oleh perantau dari daerah mereka? Bagaimana mereka bisa mengobati rasa rindunya akan kuliner tersebut di tempat perantauannya? Saya menanyakan langsung kepada para perantau mengenai hal ini, mari kita simak jawaban dari mereka.

William, Jambi

Bagi William, mie celor dari Jambi itu nggak ada yang ngalahin enaknya. Pria yang udah lima tahun menjadi seorang perantau mengaku mie celor yang dijual di dekat Vihara Sakyakirti, Jambi, itu juara banget rasanya. Menurutnya, yang enak itu kuah mie celor yang pakai susu bukan santan bahkan dirinya bisa abis sampe dua porsi sekali makan.

Setelah lima tahun merantau, ia yang juga berprofesi sebagai iOS Engineer ini mengatakan belum pernah menemukan mie celor yang enak di Jakarta, tempatnya merantau. Selain mie celor, mie pangsit jambi pun selalu menjadi yang dikangenin.

“Mie pangsit jambi itu pangsitnya bisa milih mau goreng atau rebus dengan daging sebagai isinya, ada babi cincang halusnya, dengan kuah yang berisi bakso ikan atau sapi ditambah dengan sawi. Harganya cukup murah, seporsi cuma Rp 15 ribu aja, itu pun ukuran jumbo”

Di Jakarta ia juga sempat mencoba mie pangsit jambi, tapi harganya Rp 50 ribu seporsi. Meski rasa sambalnya sedikit beda dari yang di Jambi, udah bisa sedikit mengobati rasa rindu akan kuliner asalnya.

Made Larita Ditakristy, Bali

Beda lagi dengan Larita yang berasal dari Bali. Ia mengaku merindukan ayam betutu khas Bali. Yang bikin berbeda itu bumbu asli Bali menggunakan bumbu yang lengkap.

“Ayam betutu gilimanuk yang khas Bali itu menggunakan bumbu genep namanya. Rasanya itu Bali banget,” ujarnya. “Enaknya di sana itu ayam betutu bisa dinikmati dari model yang fancy banget sampe street food. Tapi anehnya, yang enak itu justru yang di pinggir jalan.”

Di Jakarta, tempatnya sekarang merantau ia bisa menemukannya di Rawamangun. “Ada namanya Ayam Betutu Khas Gilimanuk di Rawamangun. Rasanya mirip-mirip, tapi sayangnya nggak begitu pedes, mungkin karena udah disesuaiin dengan lidah orang Jakarta kali ya,” tambahnya yang udah merantau selama tujuh tahun ini.

Selain itu, wanita yang berprofesi sebagai Data Science Engineer ini juga suka merindukan nasi ayam campur. Sayangnya ia masih belum bisa menemukan kuliner yang satu ini di Jakarta yang bisa mengobati rasa rindunya dengan kampung halaman.

Purnawan Setyo Adi, Yogyakarta

Di Yogyakarta udah terkenal banget dengan kuliner lokal yang enak-enak. Tapi ada satu yang bisa buat Ipang sapaan akrabnya selalu ingin pulang. Adalah sate klathak yang selalu dirindukan ketika ia merantau di Jakarta.

“Yang biasa gue beli itu sate klathak yang ada di daerah Bantul. Karena gue suka sama kambing ya, jadi makanan ini selalu gue kangenin,” kata Ipang yang udah enam tahun merantau.

Ketika di Jakarta dan mau makan sate klathak, untuk mengobati kerinduan dengan makanan di kampung halamannya ia beli sate kambing biasa.

“Sate kambing biasa sama sate klathak itu beda sih. Tapi lumayan lah buat mengobati rasa kangen di Jogja,” aku Ipang yang belum pernah mencoba sate klathak di Jakarta.

Itulah tadi beberapa contoh kuliner yang selalu membuat kangen kampung halaman. Kalau kamu seorang perantau juga, apakah kuliner yang membuatmu kangen dengan kampung halaman? Bagikan di media sosial Endeus ya!

Bella Dhewana, Ponorogo

Bella memiliki kuliner khas Ponorogo yang selalu ia kangenin selama menjadi perantau di Jakarta adalah sate ponorogo. Ada yang berbeda dari sate kebanyakan yang ia temui di Jakarta. “Sate dari Ponorogo itu irisannya beda, udah gitu bumbu kacangnya juga beda dari yang di sini,” ujarnya.

Selain sate ada lagi pecel ponorogo yang juga susah buat dilupain gitu aja. “Pecel ponorogo itu pedesnya beda dari pecel yang biasa dicoba di sini (Jakarta), pedesnya lebih pas buat di lidah gue,” katanya. “Sebenernya nggak jauh beda dari pece madiun, tapi isinya nggak pake orek. Sayurnya juga pake kembang turi, lauknya juga ada tempe dan piapia.”

Untuk mengobati rasa kangennya dengan pecel, pria yang berprofesi sebagai UI/UX Designer ini biasanya membeli pecel sayur yang banyak dijual di Jakarta. Tapi sayangnya, untuk sate ponorogo yang dirindukannya ia masih belum bisa menemukannya.

Buat esnya yang selalu dirindiukan adalah es dawet jabung yang asalnya dari Desa Jabung, Ponorogo. Isinya itu ada santan, gula aren, dan garam. Ada tambahan nangka di dalam gula arennya itu sendiri buat menambah rasa legit dari si gula.

M Fauzan, Medan

Sedangkan Fauzan seorang perantau dari Medan mengaku sangat kangen dengan lontong medan. “Selama merantau, kangen banget sama lontong medan sih parah,” kata Fauzan yang berprofesi sebagai Graphic Designer.

“Nggak ada lontong medan seenak di Medan,” katanya. “Di sana yang enak itu ada Lontong Kak Lin yang bertempat di Jalan Teuku Cik Ditiro. Sama ada lagi lontong warintek yang enak banget. Intinya mah semua lontong medan enak,” ucapnya sambil tertawa.

Lion Haloho