Fenomena Boba Hingga Orang Rela Antre Panjang Untuknya
Fenomena Boba Hingga Orang Rela Antre Panjang Untuknya

Boba

Membahas boba secara mendalam, dari mulai awalnya ditemukan, popularitas di negara-negara Asia Tenggara, hingga berbagai inovasi menggunakan boba.

Siapa yang nggak pernah menyantap boba? Merupakan salah satu topping minuman manis yang terbuat dari tepung tapioka. Awalnya banyak yang menyebutnya dengan nama pearl atau bahasa Indonesianya adalah mutiara, karena bentuknya seakan seperti mutiara. Tapi semakin ke sini, semakin dikenal dengan nama boba.

Bubble tea adalah nama yang biasa kita kenal dengan menawarkan minuman teh dengan rasa manis beserta berbagai macam topping -nya, termasuk boba. Meski ada puding, grass jelly, aloe vera, red bean, rainbow jelly, dan lain sebagainya, tetap boba yang paling banyak diminati.

Tren boba semakin hari semakin populer dengan menjamurnya berbagai gerai baru. Kita bisa menemukan nama-nama baru yang menawarkan minuman manis beserta topping yang membuat pengalaman menikmatinya semakin berkesan.

Sebelum berbicara lebih jauh tentang ini, mari kita mundur ke tahun 1980an di mana awalnya minuman bubble tea ditemukan. Liu Han-Chieh adalah penemu dari minuman yang telah mendunia ini. Liu juga memiliki kedai teh bernama Chun Shui Tang tea house di Taichung, Taiwan.

Inspirasi membuat bubble tea datang ketika ia berkunjung ke Jepang. Di Negeri Sakura tersebut ia sempat heran dengan banyaknya penjual es kopi. Padahal kopi biasanya diseduh dan disajikan secara panas. Akhirnya ia mencoba menyajikan teh dingin.

Di tahun 1988, seorang rekan kerjanya membawa puding khas Taiwan sebagai sajian untuk rapat. Yang menarik, puding tersebut rasanya manis dan terbuat dari tapioka. Rekannya tersebut yang merupakan seorang manajer pengembangan bisnis, mencampur puding tersebut ke teh miliknya. Semua orang di ruangan tersebut menyukai hasil pencampuran tersebut, akhirnya mereka memutuskan menjualnya sebagai pilihan menu baru. Dari sini asal mulanya bubble tea tercipta.

Untuk kata “boba” sendiri ternyata dipopulerkan di Singapura. Berawal ketika minuman ini mendarat untuk pertama kali di Negeri Singa tersebut, nama bubble tea berubah menjadi boba tea. Pada saat itu ada dua ukuran pearl ; yang kecil dan besar. Nah, karena ada yang iseng, mengubah nama pearl yang besar menjadi boba. Karena boba sendiri dalam bahasa gaulnya di Singapura memiliki arti payudara besar. Jadilah sampai sekarang kita menyebut pearl menjadi boba.

Saking populernya minuman boba di Indonesia, Grab selaku layanan transportasi daring yang juga menyediakan jasa pembelian makanan secara online, GrabFood , merilis kenaikan pertumbuhan bubble tea selama tahun 2018. Indonesia menempati posisi pertama dengan pertumbuhan paling tinggi dibanding lima negara lainnya.

Sebanyak lebih dari 8.500 persen pertumbuhan pesanan bubble tea di Indonesia semenjak layanan GrabFood dirilis di masing-masing negara. Di bawah Indonesia ada Filipina yang naik sebesar 3.500 persen sejak Juni 2018. Di posisi ketiga ditempati oleh Thailand dengan kenaikan 300 persen sejak Januari 2018.

Dari sini terlihat pertumbuhan boba di negara Asia Tenggara memang sedang naik-naiknya. Terbukti dengan naiknya sebanyak lebih dari 12.000 persen penyuka bubble tea sejak tahun 2018.

Dengan data tersebut nggak heran kalo dilihat dari presentasi seorang meminum boba tea per bulannya. Di Indonesia rata-rata seorang mengonsumsi bubble tea sebanyak tiga gelas per bulan, sama dengan Singapura, Vietnam, dan Malaysia. Sedangkan di Filipina rata-rata mengonsumsi lima gelas bubble tea per bulannya. Paling banyak ada pada negara Thailand yang minum rata-rata enam gelas di tiap bulannya. Untuk data selengkapnya dari GrabFood bisa dilihat di sini .

Kembali ke Indonesia, selain banyaknya gerai-gerai baru yang menawarkan bubble tea, banyak juga yang menawarkan rasa baru dengan ciri khasnya masing-masing. Seperti yang sekarang ini sedang banyak digemari adalah brown sugar, yang menggunakan gula merah sebagai pemanisnya.

Hampir di seluruh gerai bubble tea menyediakan menu tersebut guna memenuhi keinginan para konsumennya.

Tren boba nggak hanya ramai di Asia Tenggara, melainkan juga di Jepang. Di sana, terdapat lebih dari 300 gerai boba hanya di Tokyo saja. Semua orang rela antre berjam-jam untuk bisa mendapatkan segelas bubble tea untuk dinikmati.

Dengan ramainya minuman tersebut, membuat Yakuza sebuah organisasi yang ditakuti di Jepang juga tertarik untuk terjun ke dalam bisnis ini. Dikutip dari Eater.com, bos dari Yakuza ikut membuka gerai bubble tea di distrik yang ramai dengan tempat hiburan, serta dekat dengan jalur kereta yang penting di Tokyo, Yamanote Line.

Meski awalnya disajikan di dalam minuman manis, sekarang ini boba sudah mengalami berbagai inovasi sehingga nggak hanya disajikan dalam minuman. Untuk tetap keep up dengant tren, banyak pengusaha kuliner yang membuat menu andalan mereka yang ditambahkan dengan boba. Seperti ada yang membuatnya sebagai topping pada roti:

Ada yang membuat kue rasa milk tea yang memang nggak asing dari rasa bubble tea, lengkap dengan topping boba:

Bahkan ada juga yang berkreasi dengan mie, baik goreng maupun rebus:

Yang pasti, tren boba telah berhasil membuat semua masyarakat melirik akan keberadaannya. Membuat semua orang rela antre untuk mendapatkannya, membuat semua orang penasaran ingin mencobanya, membuat jagat maya diramaikan oleh foto-fotonya.

Lion Haloho