Acaraki, Mengenalkan Jamu Dengan Gaya Kekinian
Acaraki, Mengenalkan Jamu Dengan Gaya Kekinian

Sejenak kita melupakan kopi dan beralih ke minuman lain yang menyehatkan untuk tubuh. Diolah dengan kekinian untuk mengenalkan kembali ke anak muda.

Jamu bisa jadi salah satu minuman yang paling kita hindari. Terkait dari rasa pahitnya yang selalu teringat di kepala atau dari aromanya aja udah kebayang gimana rasanya, yang pasti jamu adalah salah satu minuman tradisional yang bisa membantu badan kita menjadi lebih sehat lagi.

Tapi sekarang dengan adanya Acaraki kita bisa menikmati jamu dengan cara yang lebih modern. Karena di sini jamunya diproses mirip seperti yang biasa kita temukan di kedai kopi. Alat-alatnya yang digunakan pun sama dengan yang digunakan barista di coffee shop.

Arti dari acaraki sendiri adalah seorang yang meracik jamu. Kalo di scene kopi dikenal dengan nama barista, di jamu dikenal dengan nama acaraki. Makanya tempat jamu kekinian ini diberi nama tersebut.

“Acaraki sendiri basically adalah kafe jamu, tapi kita nggak serve kopi. Kita proses jamu dengan cara, alat, dan teknik (yang biasanya diaplikasikan pada) kopi,” ujar Jony Yuwono, Founder Acaraki.

Begitu masuk ke tempat ini, nggak terasa seperti di kafe jamu tapi lebih seperti ke kedai kopi. Karena terpampang jelas beberapa alat-alat yang biasa kita temui di kedai kopi. Instead of kopi tapi malah jamu yang disajikan di sini.

Tujuan didirikannya Acaraki adalah untuk mengenalkan kembali jamu ke anak-anak muda. Agar jamu juga bisa dikonsumsi untuk gaya hidup seperti kopi dan teh. Menariknya bisa dibilang tujuan mereka sudah mulai tercapai melihat mayoritas pengunjung di Acaraki adalah anak muda.

“Bisa dibilang 70 sampai 80 persen pengunjung sini adalah anak muda,” kata Jony yang udah dari tahun 2014 tertarik dengan jamu.

Makanya kafe jamu yang berlokasi di Kota Tua, Jakarta Barat ini membawa misi Jamu New Wave. Yang artinya penyajian jamu lebih modern lagi dengan mengutamakan integritas bahan itu sendiri.

Kalo di industri kopi itu kita kenal ada tiga gelombang. Mulai dari kopi yang masih digodok (disebut gelombang nol), lalu kopi instan yang nggak pake repot (disebut gelombang pertama), gelombang kedua dengan munculnya kedai-kedai kopi, dan gelombang ketiga dengan adanya kedai kopi yang mengutamakan integritas bahan.

“Kenapa jamu masih harus terus digodok, sedangkan kopi udah berevolusi dengan berbagai alat yang berbeda-beda?” Katanya.

Jadi begitu mampir ke Acaraki kita bisa melihat jamu-jamu dengan kualitas bahan terbaik, diolah dengan alat-alat yang biasa mengolah kopi. Di sini kita bisa menemukan kunyit asam dan beras kencur yang diolah dengan aeropress, V60, rokpresso, dan lain sebagainya.

Buat yang nggak begitu suka jamu tanpa campuran apapun, di kafe yang udah satu tahun berdiri ini juga menyediakan menu-menu jamu dengan campuran lain yang siap dipilih untuk kita. Sama juga seperti kopi yang memiliki berbagai campuran agar rasa pahitnya nggak terlalu dominan. Sebut saja seperti cappuccino, latte, dan lainnya.

Di sini ada menu Golden Sparkling yaitu kunyit asam, gula, dan soda. Ada juga Saranti; beras kencur, krimer, dan susu. Bareskrim; beras kencur dan es krim, seperti affogato pada kopi. Juga berbagai menu-menu jamu lainnya. Beberapa menu di sini mengikuti kreasi kopi seperti yang bisa kita temukan di kedai kopi.

Yang menarik lagi ketika kita memesan salah satu menu, kita akan ditunjukkan bahan-bahannya sebelum diolah menjadi sebuah minuman. Diolahnya pun di depan kita para pelanggan.

Acaraki bisa banget sebagai tempat yang kita datangi ketika bosan dengan kopi menjadi tempat nongkrong bareng temen-temen. Mencoba sesuatu yang baru kan nggak ada salahnya? “Masih banyak menu-menu yang bisa kita eksplorasi juga, misalnya kita masih belum ‘bermain’ dengan madu dan bahan lainnya. Tapi kita akan pelan-pelan untuk meluncurkannya.”

Jadi nantikan aja kejutan dari kedai jamu kekinian ini ya! Oia, buat kamu yang mau tau lebih jauh tentang jamu bisa langsung klik di sini .

Lion Haloho